Diafragma-Rasa-Logo-2

Lokomotif.

/ Thursday 26 July 2018 /
Sebuah lokomotif melaju kencang seraya mengepulkan asap tebal hasil pembakaran melalui cerobong yang terletak pada ujung gerbong terdepan. Tak memiliki penumpang, namun sepertinya hendak memiliki beberapa stasiun tujuan. Bergerak melintasi lajur rel yang panjang dan melintang membelah hutan diiringi pepohonan rindang.

"Melaju sajalah," gumam sang masinis bertopi kulit sapi, kedua tangannya memegang kemudi.

Sekelebat ragu sempat menghiasi wajahnya yang mulai dimakan usia. Kantung matanya menghitam meski garis senyum pada bibirnya belum usang. Dua puluh lima tahun Ia berkendara dengan kereta tua ini, tak pernah sekalipun dalam benaknya ingin mengganti profesi.

"Tugasku berdiri di belakang kemudi, jika bukan aku, lantas siapa lagi?"

Bagi sang masinis, lokomotif ini adalah hidupnya, yang selalu setia menemaninya seiring beranjak dewasa. Ia adalah sebagian dari sukma si kereta tua. Sebagian lagi terletak pada penumpang yang tak kunjung Ia temui sepanjang perjalanannya. 

Betapa sang masinis menyadari bahwa jarang sekali manusia yang kini dengan sukarela membeli karcis demi menumpang kereta tuanya. Tapi tak apa, Ia mencoba untuk terus setia, sebagaimana si kereta tua kepadanya. Satu hal yang Ia yakini dari seribu keraguan yang berkecamuk dalam hatinya, bahwa kemanapun lokomotif ini membawa, tujuannya akan selalu sama.

Manusia hidup untuk mati.

Begitu pula Ia, sang masinis pengemudi lokomotif. Tak sampai hati Ia meninggalkan raga yang telah menjadi bungkus sempurna bagi jiwanya, melindunginya dari debu jelaga. Maka majulah saja, sebab mundur jelas bukan sebuah pilihan bijaksana.

0 comments:

Post a Comment

K E Y W O R D S

A R C H I V E

 
Copyright © 2010 ムーン, All rights reserved
Design by NKYuliandani. Powered by Blogger